Sejarah Sop Saudara, dari Warung Sederhana Hingga Ikon Kuliner Nasional
2 min read
AMANAH INDONESIA, MAKASSAR -- Aroma rempah yang menggugah selera, kuah gurih yang menghangatkan dan daging yang empuk.
Itulah Sop Saudara kuliner khas Sulawesi Selatan yang identik dengan kabupaten pangkep telah memanjakan lidah masyarakat selama lebih dari 60 tahun.
H. Abdullah atau yang lebih di kenal dengan nama H. Dollahi seorang pria asal Pangkep yang pertama kali menciptakan Sop Saudara.
Awalnya ia bekerja di salah satu warung sop daging yang ada di kawasan Pasar Sentral, Kota Makassar sekitar tahun 1950-an.
Setelah bertahun-tahun membantu menjual sop daging di warung orang lain, H. Dollahi akhirnya memutuskan untuk membuka usahanya sendiri pada tahun 1960.
Dengan tekad bulat, ia memulai usahanya di pinggir jalan menggunakan tenda sederhana yang berlokasi di Pasar Sentral, Makassar.
"Saya pikir-pikir lebih baik saya sendiri daripada ikut dengan orang," ungkapnya. (19/11/2024)
Pada saat itu, ia memilih untuk tidak menggunakan nama dagang yang sama seperti tempat ia bekerja sebelumnya.
Ia menciptakan nama Sop Saudara, yang memiliki makna "Saya Orang Pangkep, Saudara."
H. Dollahi memilih nama ini untuk menegaskan identitasnya sebagai penjual dari Pangkep dan kata Saudara diambil karena ia yang merupakan perantau dari Kabupaten Pangkep, menganggap semua orang di Kota Makassar adalah saudara.
Sop Saudara merupakan hidangan berkuah dengan bahan dasar daging sapi yang biasanya disajikan bersama bahan pelengkap seperti bihun, perkedel kentang, jeroan sapi (usus, paru, dan jantung), dan telur rebus. Masakan ini umum dikonsumsi bersama dengan nasi putih dan ikan bolu bakar.
Sop Saudara kini telah menyebar luas dan dikenal sebagai nama menu sop daging. Meski demikian, ia mengaku tidak keberatan atas penggunaan nama dagang tersebut, meskipun tidak memiliki izin resmi, karena ia percaya bahwa setiap penjual memiliki versi rasa yang berbeda.
"Banyak yang pakai nama sop saudara, tapi tidak apa-apa. Itu amal Jariyah," ucapnya. (19/11/2024)
Sementara itu, Dr. Sari Hidayati, M.Pd, sejarahwan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, menjelaskan bahwa penamaan "Sop Saudara" berakar dari sajian populer saat itu, yaitu coto paraikatte. "Paraikatte" dalam bahasa Makassar berarti saudara atau sesama, yang kemudian menjadi inspirasi bagi penamaan Sop Saudara.
"Nama 'SOP Saudara' adalah singkatan dari 'Saya Orang Pangkep Saudara', yang mencerminkan hubungan kekeluargaan antara pencetus sajian ini dengan para pelanggannya," ucapnya. (04/12/2024)
Menurut Sari, Sop Saudara memiliki keunikan tersendiri yang membuatnya tetap diminati hingga kini. Hidangan ini dianggap sebagai alternatif yang lebih ringan dibandingkan Coto Makassar dan Pallubasa, sehingga lebih mudah diterima oleh berbagai kalangan. Sop Saudara juga dikenal dengan cita rasanya yang gurih dan kaya rempah.
"Kuah Sop Saudara memiliki keseimbangan rasa rempah yang tidak terlalu berlemak, sehingga bisa dinikmati oleh berbagai generasi," jelasnya. (04/12/2024)
Wanda Aqiqah Putri, salah seorang penikmat Sop Saudara, mengungkapkan bahwa hidangan ini memiliki cita rasa yang berbeda dan khas di lidahnya, dibandingkan dengan makanan Sulawesi Selatan lainnya. Ia menyebutkan bahwa yang membedakan Sop Saudara adalah kuahnya yang ringan namun kaya rempah.
Menurutnya, menikmati Sop Saudara seolah mengobati rasa rindunya akan kampung halaman, Pangkep, karena rasa sop tersebut sudah sangat familiar. Meskipun setiap warung yang ia kunjungi memiliki sedikit perbedaan rasa, karena masing-masing tempat memiliki ciri khas tersendiri, namun semua itu tetap cukup enak dan mampu mengobati rasa rindunya. (*)
Penulis: Fitri Ramadani