Sosial Media
0
HEADLINE NEWS
    Home Denny JA

    Pemikiran Denny JA Soal Spiritualitas Masuk Kampus

    "Tiga buku baru karya Denny JA, Ahmad Gaus AF, dan Budhy Munawar-Rachman dihadirkan untuk menjawab kekosongan batin masyarakat modern."

    2 min read

    Pemikiran Denny JA Soal Spiritualitas Masuk Kampus

    AMANAH INDONESIA, JAKARTA --Dalam realitas global yang makin retak oleh isu identitas, agama, dan krisis makna, sebuah langkah inovatif hadir dari komunitas Esoterika Forum Spiritualitas. Tiga buku baru karya Denny JA, Ahmad Gaus AF, dan Budhy Munawar-Rachman dihadirkan untuk menjawab kekosongan batin masyarakat modern, sekaligus mendorong spiritualitas yang inklusif dan berdasar nilai kemanusiaan.

    Ketiga karya tersebut bukan hanya sekadar bacaan reflektif, namun telah diterima sebagai materi ajar resmi di enam perguruan tinggi lintas agama, dari Islam hingga Hindu. Peluncurannya disertai workshop intensif yang digelar April 2025, melibatkan 25 dosen doktor dan profesor bidang agama dan humaniora.

    “Kami ingin mengajak kampus tidak hanya menjadi ruang intelektual, tapi juga ruang batin yang menyejukkan,” ungkap Denny JA, penggagas inisiatif ini sekaligus penulis utama dua dari tiga buku yang dirilis.

    Tiga buku tersebut adalah:

    1. “10 Prinsip Spiritual yang Universal: Dari Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama” – Denny JA

    2. “Sosiologi Agama di Era Artificial Intelligence: 7 Prinsip” – Denny JA

    3. “Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama” – Ahmad Gaus AF & Budhy Munawar-Rachman

    Bagi Denny JA, masuknya pesan spiritual ke dalam ruang akademik bukanlah tren sesaat, melainkan panggilan zaman.

    Pertama, agar manusia tidak tenggelam dalam lautan informasi yang serba cepat namun minim makna.
    Kedua, membangun kompas batin yang menuntun manusia modern dalam membedakan spiritualitas dan fanatisme.


    Ketiga, sebagai jalan pemersatu dunia melalui nilai-nilai spiritual universal.

    “Kami percaya bahwa dengan memperkenalkan spiritualitas universal ke dalam kurikulum kampus, kita dapat menumbuhkan generasi yang bukan hanya pintar secara akademik, tetapi juga bijaksana secara emosional dan spiritual,” lanjut Denny.

    Buku “10 Prinsip Spiritual yang Universal” menawarkan pesan lintas iman dan lintas zaman, menggali spiritualitas dari sudut biologis, mental, hingga sosial—menghindari dogma, tapi tidak kehilangan kedalaman.

    Sementara buku “Sosiologi Agama di Era AI” mengajak pembaca memahami bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan ikut membentuk lanskap religiositas baru, yang perlu ditanggapi secara kritis dan humanistik.

    Adapun “Agama sebagai Warisan Kultural Milik Bersama” memperkuat argumen bahwa agama bukan milik eksklusif komunitas tertentu, melainkan bagian dari warisan budaya umat manusia.

    Ahmad Gaus dan Budhy Munawar menyusun buku ini sebagai kristalisasi dari pemikiran Denny JA dalam membaca pergeseran spiritualitas di era Google dan AI.

    Additional JS