Kasus Timothy Unud: Calista Amore Manurung Terseret Komentar Tak Pantas
"Calista Amore Manurung viral usai terseret kasus kematian Timothy Unud. Publik soroti komentarnya dan penasaran asal-usul keluarganya."
![]() |
Kasus Timothy Unud: Calista Amore Manurung Terseret Komentar Tak Pantas, |
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Unud) ini terseret dalam percakapan grup WhatsApp yang diduga berisi komentar tidak pantas terkait kematian mahasiswa Timothy Anugerah Saputra.
Dalam tangkapan layar yang beredar luas melalui akun Instagram @gu_coci, Calista terlihat menulis kalimat sindiran, “Nggak berasa lantai 2 mah,” yang dianggap warganet tidak pantas di tengah suasana duka.
Unggahan tersebut langsung menuai kecaman dan memperkuat sorotan publik terhadap dirinya.
Awal Kasus: Tragedi Timothy Anugerah Saputra
Kasus ini bermula dari insiden meninggalnya Timothy Anugerah Saputra (TAS), mahasiswa Universitas Udayana, yang dilaporkan tewas setelah melompat dari lantai dua Gedung FISIP Kampus Sudirman, Denpasar, pada Rabu, 15 Oktober 2025.
Namun tragedi tersebut berubah menjadi kemarahan publik setelah muncul tangkapan layar percakapan grup mahasiswa yang berisi candaan dan komentar kejam terhadap korban.
Beberapa pesan dalam grup itu dianggap melukai perasaan keluarga almarhum, di antaranya:
“Nahan tawa gue jir wkwkwk,” tulis akun bernama Leonardo Jonathan.
“Coba bikin cin, sejajarin muka Kekeyi sama dia wkwkwk,” tambahnya.
Unggahan itu viral di platform X (Twitter) dan TikTok, ditonton lebih dari 90 ribu kali, dan memicu gelombang kecaman terhadap para pelaku perundungan.
Calista Ikut Disorot, Publik Kepo Latar Belakangnya
Nama Calista Amore Manurung kemudian ikut terseret dalam pusaran kasus. Sosoknya disebut-sebut sebagai mahasiswi berprestasi angkatan 2021 di Fakultas Kedokteran Unud.
Akibat viralnya kasus ini, akun Instagram pribadinya langsung dibanjiri komentar warganet, sementara identitas pribadinya menjadi bahan perbincangan.
Berdasarkan informasi dari akun TikTok @udayanaberduka, Calista disebut berasal dari keluarga “bukan kalangan biasa.” Salah satu pengguna bahkan menyebut kakak Calista adalah alumni sekolah ternama di Jakarta dan kini menempuh studi di luar negeri.
Keluarga Calista dikabarkan berdomisili di Jakarta Barat, meski hingga kini belum ada informasi resmi terkait profesi atau pekerjaan orang tuanya.
Fenomena Sosial: Efek Viral dan Jejak Digital
Kasus ini menjadi contoh nyata bagaimana jejak digital dapat berdampak besar terhadap reputasi seseorang.
Dalam hitungan jam, nama Calista berubah dari mahasiswi biasa menjadi sorotan nasional.
Banyak pihak menilai kasus ini sebagai pengingat pentingnya etika berkomentar di ruang digital, terutama saat tragedi masih meninggalkan luka bagi keluarga korban.
Enam Mahasiswa Akui Kesalahan dan Minta Maaf
Selain Calista, ada enam mahasiswa lain yang disebut dalam percakapan grup tersebut dan telah menyampaikan permintaan maaf terbuka. Mereka adalah:
-
Leonardo Jonathan Handika Putra, Wakil Ketua BEM Fakultas Kelautan dan Perikanan Unud 2022.
-
Maria Victoria Viyata Mayos, Kepala Departemen Eksternal Himapol FISIP Unud.
-
Muhammad Riyadh Alvitto Satriyaji Pratama, Kepala Departemen Kajian, Aksi, Strategis, dan Pendidikan Himapol FISIP Unud.
-
Anak Agung Ngurah Nanda Budiadnyana, Wakil Kepala Departemen Minat dan Bakat Himapol FISIP Unud.
-
Vito Simanungkalit, Wakil Kepala Departemen Eksternal Himapol FISIP Unud.
-
Putu Ryan Abel Perdana Tirta, Ketua Komisi II DPM FISIP Unud.
Meski sudah meminta maaf, banyak warganet menilai pernyataan tersebut terlambat dan tidak sebanding dengan luka yang ditinggalkan.
Tindakan Kampus dan Sanksi Akademik
Menanggapi kasus ini, pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud menjatuhkan sanksi akademik kepada para mahasiswa yang terlibat.
Ketua Unit Komunikasi Publik Unud, Dr. Dewi Pascarani, menyampaikan bahwa para mahasiswa diberi nilai D pada seluruh mata kuliah semester berjalan, karena soft skill menjadi bagian dari penilaian akademik.
Ia juga menegaskan, penyelidikan masih berlangsung di bawah pengawasan Satgas PPK (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan) sesuai Permendikbudristek No. 55 Tahun 2024.
Meski demikian, sebagian publik menilai sanksi tersebut masih terlalu ringan dan mendesak kampus untuk menjatuhkan hukuman yang lebih tegas, termasuk opsi drop out permanen.
Kasus Calista Amore Manurung memperlihatkan bahwa komentar sekecil apa pun di dunia maya dapat berdampak besar terhadap citra dan masa depan seseorang.
Di sisi lain, tragedi yang menimpa Timothy Anugerah Saputra menjadi momentum bagi dunia pendidikan untuk lebih serius menegakkan etika, empati, dan literasi digital di kalangan mahasiswa.