Calon Praja IPDN Maulana Izzat Meninggal Saat Diksar di Jatinangor
![]() |
IPDN |
AMANAH INDONESIA, JAKARTA – Suasana duka menyelimuti Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Seorang calon praja IPDN asal Maluku Utara, Maulana Izzat Nurhadi (20), meninggal dunia saat menjalani pendidikan dasar mental dan disiplin (Diksarmendispra) pada Rabu malam (8/10/2025).
Kabar ini sontak menghebohkan publik. Di tengah reputasi IPDN yang sudah berupaya meninggalkan masa kelam perploncoan, kematian calon praja kembali menimbulkan tanya — apa yang sebenarnya terjadi di balik kegiatan Diksar tersebut?
Wakil Rektor II Bidang Administrasi IPDN, Arief M. Edie, membenarkan kabar duka itu.
“Iya betul, meninggal dunia. Jatuh pingsan kemarin malam saat apel malam,” ujarnya, Jumat (10/10).
Menurut Arief, sebelum meninggal, Maulana sempat mengeluh lemas usai apel malam sekitar pukul 22.00 WIB. Petugas segera memberi air minum dan membawanya ke Kamar Sakit Asrama (KSA) untuk pemeriksaan.
Meski hasil awal menunjukkan tekanan darah normal, kondisinya mendadak menurun.
“Langsung dirujuk ke RS Unpad sekitar pukul 23.00 WIB, tapi dokter menyatakan meninggal dunia karena henti jantung. Tidak ada riwayat penyakit jantung sebelumnya,” jelasnya.
Jenazah Maulana kemudian dibawa ke RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung untuk pemulasaraan sebelum diterbangkan ke kampung halamannya di Maluku Utara.
“Kami turut berduka cita, semoga almarhum husnul khatimah,” ucap Arief.
Pihak IPDN menegaskan bahwa tidak ada unsur kekerasan dalam kejadian tersebut.
“Di IPDN sudah zero kekerasan. Calon praja belum berhubungan dengan senior. Semua kegiatan masih diawasi tim Diksar dan kepolisian,” tegasnya.
Arief juga memastikan tidak ada luka atau tanda penganiayaan di tubuh korban.
“Tidak ada sedikit pun. Semuanya murni karena henti jantung,” tambahnya.
Keluarga korban disebut menolak autopsi dan menerima kejadian itu sebagai takdir.
“Kami sudah tawarkan autopsi, tapi keluarga menolak. Mereka sudah ikhlas,” ungkapnya.
Meski peristiwa duka ini terjadi, kegiatan Diksar IPDN tetap dilanjutkan.
“Program tetap berjalan karena tidak ada unsur kekerasan. Semua peserta lain dalam kondisi baik,” kata Arief.
Namun, kasus ini memantik reaksi dari pemerintah. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menilai kejadian serupa perlu menjadi perhatian serius.
“Hal-hal seperti ini sudah sering terjadi. Lembaga pendidikan kita perlu memperbaiki proses serta tradisi mendidik yang kurang tepat,” ujarnya di Jakarta.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa pembentukan karakter dan disiplin tidak boleh mengorbankan keselamatan calon pemimpin masa depan.
Publik kini berharap agar IPDN benar-benar menegakkan komitmen “zero kekerasan” dalam setiap proses pendidikan.