Tiga Negara Barat Akui Palestina, Netanyahu Murka!
"Konflik Palestina–Israel kembali memanas setelah Inggris, Kanada, dan Australia resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka. "
1 min read
AMANAH INDONESIA -Konflik Palestina–Israel kembali memanas usai tiga negara Barat—Inggris, Kanada, dan Australia—resmi mengakui Palestina sebagai negara merdeka.
Langkah ini menimbulkan pro-kontra di panggung internasional, terutama karena keputusan Inggris sarat dengan simbolisme sejarah.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan pengakuan itu pada Minggu (21/9/2025). Ia menegaskan, keputusan ini diambil agar harapan solusi dua negara bisa terus hidup dan mengembalikan perdamaian di kawasan.
Namun, Israel langsung bereaksi keras. PM Benjamin Netanyahu murka dan menyebut pengakuan tersebut sebagai hadiah untuk terorisme.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengumumkan pengakuan itu pada Minggu (21/9/2025). Ia menegaskan, keputusan ini diambil agar harapan solusi dua negara bisa terus hidup dan mengembalikan perdamaian di kawasan.
Namun, Israel langsung bereaksi keras. PM Benjamin Netanyahu murka dan menyebut pengakuan tersebut sebagai hadiah untuk terorisme.
Juru Bicaranya menambahkan, keputusan Inggris “absurd” dan justru berpotensi memperburuk konflik.
Langkah Inggris punya bobot simbolis tersendiri. Negara yang pernah memegang mandat pengelolaan Palestina pada awal abad ke-20 ini kini dinilai tengah berupaya “memperbaiki” sejarah sekaligus menunjukkan komitmen pada perdamaian jangka panjang.
Meski begitu, pengakuan ini tidak serta merta menghentikan konflik. Tantangan besar masih menghadang, termasuk desakan agar kelompok Hamas tidak dilibatkan dalam pendirian negara Palestina.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump belum angkat suara. Namun pejabat Kementerian Luar Negeri AS menyebut langkah sekutunya hanya sekadar “pertunjukan.”
Beban Sejarah Inggris
Langkah Inggris punya bobot simbolis tersendiri. Negara yang pernah memegang mandat pengelolaan Palestina pada awal abad ke-20 ini kini dinilai tengah berupaya “memperbaiki” sejarah sekaligus menunjukkan komitmen pada perdamaian jangka panjang.
Meski begitu, pengakuan ini tidak serta merta menghentikan konflik. Tantangan besar masih menghadang, termasuk desakan agar kelompok Hamas tidak dilibatkan dalam pendirian negara Palestina.
Sikap Amerika Serikat
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump belum angkat suara. Namun pejabat Kementerian Luar Negeri AS menyebut langkah sekutunya hanya sekadar “pertunjukan.”
“Fokus kami tetap diplomasi serius, bukan pertunjukan,” ujar pejabat anonim itu kepada The Times of Israel.
Ia menegaskan, prioritas Washington adalah pembebasan sandera, keamanan Israel, dan perdamaian kawasan “yang hanya mungkin jika bisa dibebaskan dari Hamas.”
Trump sendiri sebelumnya sudah menolak rencana Inggris tersebut saat kunjungan ke London pekan lalu.
Pesan Perdamaian Starmer
Di tengah kecaman, Starmer menegaskan pengakuan Palestina “bukan hadiah bagi terorisme.”
Trump sendiri sebelumnya sudah menolak rencana Inggris tersebut saat kunjungan ke London pekan lalu.
Pesan Perdamaian Starmer
Di tengah kecaman, Starmer menegaskan pengakuan Palestina “bukan hadiah bagi terorisme.”
Ia bahkan memastikan, Inggris bakal menjatuhkan sanksi terhadap kepemimpinan Hamas serta menutup peluang kelompok itu masuk dalam struktur negara Palestina di masa depan.
Dengan dukungan tiga negara besar ini, solusi dua negara kembali mencuat di meja diplomasi dunia. Pertanyaannya, apakah langkah ini benar-benar bisa membuka jalan bagi perdamaian abadi di Timur Tengah?
Dengan dukungan tiga negara besar ini, solusi dua negara kembali mencuat di meja diplomasi dunia. Pertanyaannya, apakah langkah ini benar-benar bisa membuka jalan bagi perdamaian abadi di Timur Tengah?